Batik Kuningan dikenal dengan nama Batik Paseban Kuningan. Motif-motif batik paseban tersebut dirancang dan dibuat oleh Pangeran Djatikusumah. Pangeran Djatikusumah melakukan penelusuran batik paseban yang dianggap punah melalui pendalaman seni yang ditemukan melalui ukir yang besar tanpa isen-isen dengan warna gelap seperti hitam, biru tua dan merah hati. Beberapa motif diantaranya adalah motif sekar galuh, pwah aci dan oyod mingmang.
Pada akhir tahun 2011, beberapa motif batik kuningan diresmikan dari sebuah lomba cipta desain batik kuningan yang diselenggarakan oleh Dewan Kerajinan Seni Daerah (Dekranasda). Batik Kuningan dengan motif baru tersebut antara lain :
|
Batik Kuda si Windu |
|
Batik Kuda si Windu |
Batik motif kuda melambangkan sifat masyarakat kuningan yang dinamis, kreatif, sportif dan semangat untuk menegakkan keadilan dan melenyapkan kebatilan. Dalam perjuangan leluhur kuningan. Kuda sebagai sarana angkutan tradisoonal serta terkenal dengan slogan leutik-leutik kuda kuningan, walaupun kecil tetapi kuat.
|
Batik Ikan Dewa/Kancra bodas |
|
Batik Kuningan |
|
Batik Bokor Kuningan |
|
Batik Bokor Kuningan |
Batik Kuningan motif bokor melambangkan sejarah lahirnya sang Adipati Kuningan yang menjadi kepala pemerintahan pertama, juga sebagai lambang lahirnya pemerintah kuningan pada tanggal 1 september 1948.
Motif kuda dan ikan dewa disepakati sebagai motif khas daerah Kuningan sehingga bisa dikembangkan dan dijadikan pakaian resmi bagi kalangan PNS maupun pegawai swasta bahkan para siswa sekolah Kabupaten Kuningan. Batik Kuningan sebagai generasi baru dalam sejarah batik Indonesia, layak mendapat perhatian karena membangkitkan kembali filosofi budaya Indonesia.